F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Bukankah Menurut Taurat, Mesias Harus Hidup Selama-Lamanya? Tetapi Mengapa:

Oleh: Martin Simamora

“Ia Diserahkan Kepada Bangsa-Bangsa Yang Tidak Mengenal Allah Untuk Mati?”
(Refleksi)

Ini adalah perkataan Yesus yang berangkali telah terlampau usang di telinga manusia-manusia  yang mengaku pengikut Sang Kristus, sebab terlampau sering didengar dan mungkin di baca, namun malangnya bisa jadi tetap terkurung di dalam ketaktahuan yang begitu kelam dan pekat, seperti yang pernah dialami oleh murid-murid Sang Kristus:

Lukas 18:34 Akan tetapi mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu; arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka dan mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan.

Ada 2 vonis yang dipalukan oleh Sang Kristus [tentu saja tak semua orang mengaku Kristen mengakui Yesus adalah Sang Kristus yang datang dari sorga, sebab realitanya ada saja yang menyatakan Yesus bukanlah sebagaimana apa yang dinyatakan olehnya sendiri dan para murid, dan bahkan apapun yang tertulis di dalam apa yang disebut sebagai Alkitab tidaklah menunjukan sama sekali Yesus sekalipun Sang Kristus adalah kebenaran tunggal mengatasi kebenaran-kebenaran dunia], yaitu:

Pertama: Pada dasarnya tak ada bangsa yang mengenal Allah, dan sekalipun para murid adalah murid-muridnya, mengenalnya adalah problem yang tak terpecahkan oleh mereka, bagaimanapun. Sebabnya:“arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka,” sehingga bagaimanapun dekatnya dan intensifnya mereka bersama Yesus, tetap sama sekali tidak mengerti


Kedua: Yesus adalah kebenaran dan kekudusan divinitas yang absolut dan satu-satunya sekalipun dunia memiliki beragam kebenaran atau spiritualitasnya sendiri yang dijunjung. Semua itu tak diakuinya sebab dikatakan “Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tak mengenal Allah.” Apa yang begitu tajam melawan semua dunia adalah: keterkaitan diri Sang Kristus itu begitu keras dan begitu mengatasi apapun juga kebenaran dan spiritualitas dunia ini, sehingga dinyatakan “bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.”

Sehingga memang yang menjadi tantangan bagi orang-orang yang mengaku pengiman Kristus adalah kepenuhan dirinya untuk menerima bukan saja kedivinitasannya tetapi juga kemutlakan kebenarannya yang mendatangkan penghakiman final terhadap semua ragam kebenaran dan spiritualitas yang ada di dunia ini. Ini keras dan akan dapat menyudutkan siapapun yang mengaku Kristen untuk menjadikan dia sebagai Mahkota pikiranmu atau bukan sekedar  Pakaian diri belaka;  dengan kata lain: Yesus tak pernah menjadi Tuan pikiran atau perspektif atau wawasanmu, sehingga anda tak mampu menjadikan dia sebagai satu-satunya standard kebenaran berpikir kala memandang dunia sementara  bertoleransi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara penuh saling menghormati dan menghargai eksistensi kemanusiaannya sebagai tetanggamu hingga sebagai sesama anak bangsa


Jadi, pada akhirnya Yesus tak pernah melabuhkan dirinya di dunia ini sebagai semata salah satu sumber mata  air suci untuk membangun spiritualitas diri, tetapi Yesus menghendaki setiap pengiman Kristus untuk menghidup kehidupan yang datang dari-Nya sehingga Ia sungguh Tuhan dalam totalitas dirimu dalam setiap aspek kehidupanmu. Dan, sekali lagi, dimanakah anda berada?

Yesus memulai apa yang tersembunyi bagi mereka dengan sebuah pernyataan yang begitu janggal dalam kepatutan  bertindak dan kesehatan jiwa dalam menimbang situasi dan ancaman sehingga melahirkan sebuah perilaku yang lahir dari sebuah rasionalitas. Mari lihat ini:

Lukas 18:31-33 Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu berkata kepada mereka: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia akan digenapi. Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, diolok-olokkan, dihina dan diludahi, dan mereka menyesah dan membunuh Dia, dan pada hari ketiga Ia akan bangkit."


Perhatikan baik-baik. Keputusan Yesus ini bukanlah sebuah keputusan yang lahir berdasarkan “self determination”  atau penentuan diri sendiri  untuk melakukan apa yang dimauinya, sebab dirinya berkata: “segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia akan digenapi.” Sekarang ini lebih dari sukar dan melampaui apa yang dapat disebut sebagai probabilitas sekalipun. Mengapa? Karena Yesus menempatkan dirinya secara tegas dan lurus dengan “segala sesuatu yang dituliskan oleh para nabi mengenai Anak Manusia.” Jika anda ingin mengetahui  siapakah para nabi yang menuliskan mengenai Anak Manusia, maka penjelasan Yesus yang lebih belakangan akan membuat bahkan”probabilitas” tak dapat diaplikasikan yang dikarenakan kejauhan, keterpisahan dan waktu dan ruang yang sudah menyejarah: “Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur- Lukas 21:44." Sehingga Yesus pada keseluruhannya menyatakan isi segala Kitab Suci adalah dirinya. Jadi itu seperti perjumpaan antara apa yang dinantikan- untuk datang atau terjadi- oleh para nabi dengan Sang Penggenap segala sesuatu yang dituliskan oleh para nabi Israel itu [Rasul Petrus mengenai perihal ini menuliskannya dalam sebuah divinitas yang begitu menjulang tinggi sebab ia sendiri telah membicarakan Roh Kristus yang bekerja di dalam diri para nabi kudus Allah: “Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat- 1Petrus1:10-12].


Ini bukan soalan yang mana kemudian seseorang itu bisa  berupaya menyesuaikan dirinya atau berjuang keras menyesuaikan dirinya agar tepat seperti yang dituliskan oleh Kitab Suci itu. Setidaknya dalam refleksi kali ini saya mau memberikan 2 alasan paling kongkrit yang tak terpisahkan satu sama lain:

▀Pertama: Yesus, kala berkata bahwa segala sesuatu yang dituliskan para nabi mengenai dirinya, Ia bukan melakukan hal-hal yang ornamentalis dan spiritualis sehingga menjadikan dirinya tokoh spiritualis yang membangun bait-bait suci versinya dalam rupa bangunan dan hal-hal semacam ini. Sebaliknya, Ia melakukan interpretasi-interpretasi dalam wujud pengkreasian sejarah masa mendatang: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem.”


▀Kedua: Yesus tidak melakukan upaya-upaya penyesuaian atau merekayasakan dirinya agar memang merupakan refleksi atau penggenap  tulisan-tulisan Kitab suci itu secara  repetisi dalam nilai yang sama, tetapi ia menciptakan sejarah yang memberikan dampak kekal dan dalam hal itu, dirinya sendiri menjadi sesuatu yang begitu tunggal karena tak tersandingkan dengan apapun juga yang telah dilakukan oleh para nabi tersebut. Saya akan mengambil apa yang telah saya sajikan sebelumnya, sebuah episode yang menunjukan poin kedua ini:
Matius 12:38-41 Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu." Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!


Jadi sesungguhnya, apa yang dimaksudkan Yesus dengansegala sesuatu yang ditulis oleh para nabibukan belaka  serangkaian penggenapan yang  bersifat “garmen” atau “pakaian kemuliaan yang akan meliputi” dirinya belaka atau sebatas dirinya tanpa dampak kekal yang bekerja di dunia ini, namun penggenapan-penggenapan yang bersifat sejarah, bahkan penggenapan pada sejarah terdahulu di era yang begitu purba-kala kitab suci menuliskan mengenai dirinya dalam perekaman sebuah sejarah. Jadi apakah Yesus adalah seorang tokoh yang menggenapi apa yang literasi semata? Tidak, bukan itu. Yesus pada hakikatnya adalah Sang Mesias yang dituliskan dalam kreasi sejarah lampau  yang begitu purba dan akan digenapi Sang Mesias, kali ini, Ia sendiri adalah Sang Kreator atau Tuan pencipta sejarah yang bagaimana harus terjadi. Ini begitu berbeda dengan  nabi Yunus sendiri, obyek sejarah ciptaan Tuhan. Lihatlah bagaimana Yesus begitu berbeda dengan Yunus terkait bagaimana bahaya besar yang mengancam nyawanya harus terjadi:


Lukas 18:32-33 Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, diolok-olokkan, dihina dan diludahi, dan mereka menyesah dan membunuh Dia, dan pada hari ketiga Ia akan bangkit."



Yesus bukan saja berkata Ia harus ke Yerusalem, tetapi melukiskan bagaimana sejarah akan terjadi pada dirinya dan bagaimana manusia-manusia dunia ini  akan menunjukan jati dirinya kala topeng-topeng mulia yang menutupi kebusukan jiwa manusia tanpa ampun tersingkap menunjukan betapa palsunya manusia itu dalam mengagungkan Allah berdasarkan kehendak diri  untuk mendikte Sang Kristus:

Yohanes 12:12-15 Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke atasnya, seperti ada tertulis: Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keledai.


Bagaimana mungkin Yerusalem yang mengagung-agungkan dirinya, adalah juga Yerusalem yang akan: mengolok-olok, menghina, meludahi, menyesah dan pada akhirnya membunuhnya??


“Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tak mengenal Allah.”Dimanakah representasi bangsa-bangsa yang tak mengenal Allah itu? Di Yerusalem! Mereka adalah yang begitu gegap gempita dan penuh hasrat yang dipenuhi pengharapan akan pemenuhan kehendak diri oleh Dia yang akan disambut, begitu tingginya pengharapan dan adorasi itu melambung, sampai dari jauh-belum lagi Yesus tiba, sebuah penyambutan penuh pemujaan yang begitu meninggikannya, lahir:“mengambil daun Palem dan pergi menyongsong untuk menyerukan:“Hosana! Diberkati Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!” Ini bukan sekedar sakit jiwa! Tetapi inilah jiwa yang mati di hadapan Allah itu, sesungguhnya. Mereka hanya sanggup berpegang pada harapan-harapan yang literal profetis akan seorang Mesias yang memang ditunggu-tunggu berdasarkan keinginan mereka, namun dalam hal itu tak ada satu saja kuasa divinitas pada setiap mereka untuk memeluk erat bahwa ia sesungguhnya adalah penggenap segala maksud Allah dalam Kitab Suci.


Mereka menyembahnya untuk memerintah sebagai Raja, sementara Yesus masuk ke Yerusalem untuk mati sebagaimana digambarkan dalam sejarah Yunus!





Perhatikan, inipun masalah para murid, saya sebentar akan membawa anda melintasi waktu kala itu untuk menuju ke arah yang lebih maju: “Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?" Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi- Lukas 24:17-21.”


Mereka berharap Yesus menciptakan sejarah yang melayani kehendak atau pengharapan mesianik yang  mereka impikan, tetapi Yesus menciptakan sejarah atas dirinya sendiri dan bagi dunia untuk melayani kehendak Bapa-Nya. Mereka nyata tak kuasa untuk memahami dan menerima apa yang menjadi keinginan Allah, selain keinginan diri mereka sendiri. Yesus memang Raja dan penyambutan di Yerusalem adalah apa yang memang sepatutnya terjadi, bahwa Ia adalah Raja yang masuk ke Yerusalem penuh kemuliaan namun bukan untuk kemuliaan dirinya di dalam sanjungan-sanjungan semulia itu, sebab ia  datang sekalipun dalam penuh kehendaknya namun bukanlah “determinasi atas diri sendiri” baginya tapi untuk melayani Bapa, bahwa Ia seperti halnya Yunus, harus mati dan berada di dalam rahim bumi selama tiga hari untuk kemudian bangkit. Peristiwa pengeluannya di Yerusalem sendiri  merupakan salah satu penggenapan atas tulisan para nabi dalam rupa sejarah:

seperti ada tertulis: Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keledai.”



Predestinasi. Jika ini adalah terminologi yang hendak dipakai, maka jelas predestinasi pada hakikatnya kedaulatan Allah dalam mengkreasikan apapun juga tanpa menghancurkan tatanan penciptaanya: manusia tidak diciptakan sebagai robot namun  memiliki kehendak  dalam menentukan apa yang akan dilakukannya namun dalam hal itu tak kuasa untuk menerima dan melayani kehendak Allah berdasarkan pilihan yang bahkan ada dihadapan mereka [Yoh 6:34-36],  hanya menjadi budak kehendak diri yang tak mau melayani kehendak Allah. Begitu jauh berbeda dengan Yesus Anak Manusia: “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku- Yoh 6:38,” tak ada satu manusia yang dapat berkata: “makananku ialah melakukan kehendak Bapa- Yoh 4:34. Adakah sebuah kelezatan yang senantiasa mengundang selera lapar kala membicarakan kehendak Allah atas diri ini, ataukah harus diajarkan, dididik, dituntun, dan membangun sebuah kehidupan yang mengarah pada sorga, bukan pada dunia dengan segala nafsunya? Yesus tak punya satu saja agenda diri, lalu bagaimana saya dan anda? Ini sebuah realita yang membuat saya dan anda tak bisa lepas dari  kasih karunia Kristus yang memiliki satu-satunya makanan: melakukan kehendak Allah. Ia kekuatanku dan panduku.


Pengharapan para murid dan orang-orang Yahudi yang begitu oposisional terhadap Yesus, semata menunjukan kehakikatan sejati manusia dalam pandangan Yesus: “semua tanpa kecuali tak mengenal Allah.”


Apakah buah-buah dari representasi bangsa-bangsa yang tak mengenal Allah itu? Itu terlihat kelak pada apa sikap dan apa yang dilakukan mereka terhadap Yesus. Lihatlah, Yesus menjadi satu-satunya ketentuan bagi segenap bangsa yang tak mengenal Allah itu. Dan inilah buah-buah tersebut: “diolok-olokkan, dihina dan diludahi, dan mereka menyesah dan membunuh Dia.” Dia yang datang dari sorga; Dia yang sebelumnya dielu-elukan sebagai Sang Raja Mesianik pembebas Israel akan mengalami penghempasan harga diri/martabat bahkan dalam kemanusiaan terasasi setiap manusia: pengadilan yang adil, selain pengadilan yang membuat orang benar menjadi penjahat: “Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini." Tetapi mereka makin kuat mendesak, katanya: "Ia menghasut rakyat dengan ajaran-Nya di seluruh Yudea, Ia mulai di Galilea dan sudah sampai ke sini- Lukas 23:4-5"; “Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang berat terhadap Dia. Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus-Lukas 23:10-11; “Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat, dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya-Lukas 23:13-16." Bahkan kalaupun dilepaskan, ia harus dihajar terlebih dahulu. Pemerintahan Roma [bangsa Kafir] dan para pemimpin agama Yahudi [pemilik Kitab Suci]  menunjukan hakikatnya sebagai bangsa-bangsa yang tak mengenal Allah. Bangsa non Yahudi tak mengenal Allah, pun demikian bangsa Yahudi itu sendiri.


Semua ini adalah kreasi sejarah yang dilakukan oleh Yesus. Tak peduli betapa hebatnya Yerusalem menyambut Yesus, Yerusalem yang sama telah membunuhnya pada akhirnya tanpa perlu sama sekali Yesus melakukan  konspirasi yang bagaimanapun untuk membuat dirinya sebagai penggenap Kitab Suci sebagaimana dinyatakannya. Sekalipun Yerusalem menyambutnya, tetap Yerusalem melakukan:“pengolokan, penghinaan, peludahan, penyambukan, dan pada akhirnya pembunuhan atas Dia yang tak dijumpai kesalahannya.”


Keselamatan datang dari Allah dalam Kristus [bukan datang dari upaya manusia, spiritualisme apapun lainnya], dan telah sejak zaman  purba dinyatakan oleh Allah kepada para nabi-nabi kudus-Nya: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi- Ibrani 1:1, dan sekarang apa yang dinyatakan kepada para nabi telah mengalami penggenapannya: “Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku- Yoh 6:46.” Dan Yesus menggenapi mengenai dirinya sendiri sebagaimana dituliskan Kitab-Kitab Musa bukan ornamental tetapi penciptaan sejarah yang lebih agung dan mulia yang memuliakan Allah dan berdampak kekal di dalam dirinya, seperti yang dinyatakan oleh Yesus sendiri:
Yohanes 3:14-15 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.


Apakah yang tertulis di dalam Kitab Musa dan dilakukan oleh Musa?

Bilangan 21:8-9 Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.

Yohanes 12:32-33 dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.


Nabi Musa dan Nabi Yunus  bukan menuliskan mengenai apa yang akan dilakukan oleh Yesus secara pribadi atau berupa ciri personal belaka untuk digenapi oleh Yesus untuk kepentingan atau kebesaran dirinya sendiri, tetapi menuliskan mengenai sejarah yang dialami oleh Musa dan Yunus untuk menunjukan sejarah keselamatan yang akan dilakukan oleh Yesus dalam nilai kekal dan penuh kuasa. Jadi akan sangat mustahil penggenapan berdasarkan upaya atau usaha  keras untuk menjadikan diri Yesus divinitas berdasar penggenapan bercorak non historis atau non sejarah. Maksud kekal Allah akan keselamatan di dalam Mesias telah ditorehkan Allah di dalam sejarah yang dilangsungkan di dalam kedaulatan Allah di dalam diri para nabi kudusnya untuk menggambarkan apa yang kelak dilakukan Allah pada waktu Sang Firman masuk ke dalam dunia dengan mengambil rupa seorang manusia untuk mengalami penggenapan yang telah dituliskan Allah didalam sejarah Allah  di dunia yang dilangsungkannya melalui para nabi-nabi kudusnya, dan tercatat begitu terpelihara oleh Allah untuk disingkapkan oleh Yesus: “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu- Yoh 5:39-40.”


Perhatikan, interpretasi Musa dan Yunus menunjuk pada Sang Kristus, bukan oleh siapapun manusia, tetapi Yesus saja. Tak akan ada yang sanggup untuk melakukan hal yang tak dikehendaki. Yesus berkisah kematian  yang akan dialami berdasarkan sejarah yang dilakukan Allah pada Musa dan Yunus, dan itu tak dapat diterima, sebab:

Yohanes 12:34 Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"


Apa yang terjadi dengan kerumunan besar di Yerusalem yang semula mengelu-elukannya Hosana… Hosana dan kemudian berkata yang begitu menggidikan:

Matius 27:24- 25 Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"


Dan inilah gong kegemilangan maksud Allah melalui nabi  Musa dan dituliskannya tergenapi sebagaimana Yesus sendiri telah menginterpretasikannya  dalam sejarah-bukan tafsir teks, yaitu: “sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” Beginilah bunyi gong itu, bunyinya begitu memilukan:

▀Matius 27:27-51 Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!" Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan. Ketika mereka berjalan ke luar kota, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang bernama Simon. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus. Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat Tengkorak. Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya. Sesudah menyalibkan Dia mereka membagi-bagi pakaian-Nya dengan membuang undi. Lalu mereka duduk di situ menjaga Dia. Dan di atas kepala-Nya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum: "Inilah Yesus Raja orang Yahudi." Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya. Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah." Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga. Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia." Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Tetapi orang-orang lain berkata: "Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia." Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,


Yerusalem menyambutnya dengan gegap gempita “Hosana..Hosana” dan itu tidak salah sebab ia memang Mesias selama-lamanya dan tidak mati, sebagaimana yang mereka jumpai dalam  Taurat. Apa yang menjadi masalah adalah karya keselematan  yang dilakukan Allah dan telah diberitakan di dalam Kitab-Kitab Musa, Kitab Para Nabi, dan Mazmur begitu tertutup bagi mereka. Bahkan para muridnya, hingga Sang Kristus yang telah bangkit itu membukakan pikiran mereka:

Lukas 24:44-46 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.


Para murid begitu bergantung pada kasih karunia Allah untuk memahami sejarah yang akan dibuat Yesus berdasarkan sejarah yang telah lebih dahulu diadakan Allah didalam para nabi kudusnya semata untuk menunjukan karya keselamatan-Nya di dalam Yesus, kelak! Predestinasi tak menampik sejarah, tak memperbudak manusia-manusia sehingga fatalistik dan robotik. Lihatlah keganasan kehendak bebas segenap manusia dalam dekapan Iblis, yang berkata: “biarlah darahnya ditanggungkan atas kami dan anak-anak kami- Matius 27:25,” atau sekalipun ada pilihan untuk memilih menghukum Yesus Barabas dan membebaskan Yesus Kristus, kehendak mereka sama sekali adalah budak kehendak Iblis belaka:

Matius 27:17,20-22 Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?"… (20) Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati.(21) Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: "Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata mereka: "Barabas."(22) Kata Pilatus kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!"


Kehendak manusia-manusia yang tidak mengenal Allah itu pada hakikatnya tidak pernah bebas, tetapi tawanan kegelapan ini, dan ini begitu kongkrit kerasnya:

Matius 27:23 Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!"


Bahkan Pilatus sendiri sama sekali tak berdaulat sekalipun kebenaran terang dihadapannya. Ia tak jauh berbeda dengan massa yang diperbudak oleh kegelapan, sebab kini ia adalah tawanan nafsu kegelapan yang menjaringnya dalam teriakan massa yang begitu mengancam:


Matius 27:24-26 Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.


Sekalipun Pilatus membasuh tangannya tanda tak bersalah, namun tangannya sendiri berlumuran darah melalui instrumen kekuasaan politiknya: “Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.”


Yesus berkata kepada para muridnya: Ia harus ke Yerusalem. Untuk mengalami itu semua sebagaimana telah dituliskan oleh para nabi. Dan itu adalah kreasi sejarah keselamatan didalam ketetapan kedaulatan Allah yang mengatasi segenap manusia didalam kegelapan yang membuat mereka tak mengenal Allah.





Apakah dengan demikian Yesus mati dan tak  bangkit, sehingga ia gagal menggenapi: “Mesias tidak mati-hidup selama-lamanya?’ Mari lihat  apa yang terjadi dan dialami pasukan penguasa yang menjaga kuburnya:

▀Matius 27:62-66 Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama." Kata Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya." Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan menjaganya.


Kubur Yesus adalah kubur yang mustahil untuk dicuri oleh para murid Yesus, apalagi oleh para perempuan. Pertama: kubur itu dimeterai dan dijaga selama 3 hari penuh berdasarkan pernyataan Yesus: Rombaklah Bait Allah ini, Maka Aku Akan Mendirikannya Dalam 3 Hari.” Banyak yang mengoloknya saat ia disalib terkait perkataan kebangkitannya yang telah ditetapkannya lebih dahulu  olehnya sendiri bahwa dirinya akan bangkit dalam 3 hari. Penjaga-penjaganya adalah penjaga-penjaga yang hebat, bahkan perintah penguasa negeri langsung: Pilatus. Jadi tak terbantahkan bahwa siapapun yang berupaya mencuri, minimal harus bergelut dengan para penjaga suruhan Pilatus dan maksimal harus bisa menaklukan mereka. Kalau yang belakangan ini terjadi, jelas akan menjadi insiden yang besar dan mempermalukan Sang Mesias: tak pernah bangkit sebagaimana klaimnya.



Lalu, apakah yang terjadi, selanjutnya?

▀Matius 28:1-4 Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu. Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju. Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati.


Kebangkitan Yesus memiliki para saksi yang begitu kredibel: para penjaga suruhan Pilatus! Dan kebangkitan Kristus berlangsung dalam sebuah kemuliaan yang penuh dan boleh dikatakan  merepresentasikan pemerintahan Sorga yang sedang menekukan pemerintahan dunia yang berjuang keras mengurung Yesus tetap didalam kubur: “seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. Wajahnya bagikan kilat dan putih bagaikan salju. Tak ditahan-tahan tetapi dipancarkan penuh kemuliaan kemenangan Yesus atas maut, sebab malaikat itu turun bukan dalam  penampakan sederhana tapi dirancang Allah agar dapat dilihat oleh para penjaga: turun dari langit, datang ke batu dan duduk di atas-Nya.”  Apakah lagi yang dapat dilakukan oleh kekuatan pemerintahan dunia dan bangsa-bangsa yang tak mengenal Allah terhadap pemerintahan Allah yang sedang menggenapi maksudnya? Tak ada yang dapat dilakukan selain: “gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati.” Sukar membayangkan apakah kegentaran yang menyergap mereka sehingga menjadi seperti orang-orang mati? Kuasa kebangkitan Yesus di dalam kubur bukan kuasa yang lemah lembut tetapi begitu perkasa dan begitu berdaulat untuk melakukan atau mewujudkan kehendak yang telah dituliskan oleh sorga.


Yesus tetap menggenapi hal yang menjadi argumen penentangan orang-orang Yahudi terhadapnya:” Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya” (Yohanes 12:34). Yesus tidak mati selama-lamanya, tetapi bangkit pada hari ketiga sebagaimana sabdanya atau penetapannya sendiri, bahkan didalam penjagaan ketat penjaga-penjaga suruhan Pilatus berdasarkan permintaan para pemimpin agama. Jadi, kebangkitannya begitu sempurna dalam penjagaan dan pengamatan aparat penguasa kala itu. Dalam hal ini, Yesus bahkan bukan sekedar tak mati atau hidup selama-lamanya, namun Ia telah bangkit dan berkuasa atas kematian itu. Kubur tak dapat mengurungnya!


Segala Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan



No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9