F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Orientasi Kehidupan. Show all posts
Showing posts with label Orientasi Kehidupan. Show all posts

0 Bumi dan Langit Pasti Berlalu Tetapi Perkataan-Nya Tidak


Oleh:Martin Simamora



[Sang]Keabadian Di Atas Kesudahan Segala Sesuatu Di Jagat Raya
Untuk segala sesuatu ada waktunya, maksudnya ada kesudahannya di bawah kolong langit ini. Alkitab sendiri menyatakannya demikian:
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.-Pengkhotbah 3:1-8

Rangkaian kata-kata di atas hendak menggambarkan tidak ada keabadian dalam dunia manusia, sekaligus menunjukan bahwa dengan demikian nilai kehidupan manusia tidak terletak pada manusia dan kehidupannya itu sendiri. Kalau Alkitab menunjukan aspek kesudahan segala sesuatu dari apapun eksistensi dan karya manusia, maka Alkitab juga menunjukan dimanakah dan pada siapakah dengan demikian nilai kehidupan manusia di atas kesudahan segala sesuatu pada eksistensi dirinya. Pada baris-baris berikutnya saya dan anda akan menemukan ini:

Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.-Pengkhotbah 3:10-11

0 Amsal Pengejaran Kepuasan Dalam Kehidupan Manusia



Sebuah Pelajaran dari Lintah
Oleh: Jason Jackson
Christian Courier


Sudahlah itu Cukup??
Terdapat beberapa hal yang tak pernah kita ucapkan,”Sudahlah itu cukup.” Agur bin Yake mengangkat perihal bagi kita:

Perkataan Agur bin Yake dari Masa. Tutur kata orang itu: Aku berlelah-lelah, ya Allah, aku berlelah-lelah, sampai habis tenagaku- Amsal 30:1

Ini membentangkan dihadapan kita pemikiran-pemikiran kita semua mengenai  “hal-hal yang tak mungkin dipuaskan” pengejaran-pengejaran kita sehingga mampu berkata “sudahlah itu cukup.”

Si lintah mempunyai dua anak perempuan: "Untukku!" dan "Untukku!" Ada tiga hal yang tak akan kenyang, ada empat hal yang tak pernah berkata: "Cukup!" Dunia orang mati, dan rahim yang mandul, dan bumi yang tidak pernah puas dengan air, dan api yang tidak pernah berkata: "Cukup!" (Amsal 30:15-16).

Ayat-ayat ini dalam bentuk sebuah amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak (Amsal 1:6)

Apakah poin yang hendak dikatakan oleh ayat-ayat diatas tersebut? Jawabannya tidak dikemukakan dalam cara yang ekspresif atau gamblang.

0 Pelajaran Hidup Yang Sukar (2)



Integritas Vs Jiwa Terpecah:
Andaikata Pendetamu
Keturunan Ular?
Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang- 2Korintus 11:15

Oleh: Martin Simamora


Lebih Besar Dari Sekedar Keselarasan
Integritas, mengacu pada KKBI, adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran. Dengan kata lain integritas adalah keseluruhan karakter seorang pribadi, bukan parsialnya sehingga tidak ada fraksi-fraksinya atau pecahan-pecahannya. Ketika  Yesus Kristus  mengangkat isu integritas, ia tidak secara khusus menyebutkan kata tersebut namun langsung pada jantungnya atau natur alami yang seharusnya dimiliki oleh seorang manusia. Perhatikan ini:

Matius 23:2-3 Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.

Pada teks di atas, kita menemukan sebuah fraksi atau pecahan pada karakter para ahli Taurat dan orang-orang farisi yaitu fraksi atau pecahan karakter yang terpecah antara apa yang mereka ajarkan atau perkatakan versus apa yang mereka perbuatan. Satu sisi mereka mengajarkan jangan begitu, jangan begini dan harus begitu sebagaimana juga harus begitu tetapi perbuatan pada diri mereka sendiri menunjukan sebuah keterpecahan karakter yang dijumpai pada perkataan dan perbuatan mereka, yang  oleh Yesus dikatakan: turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.

Secara cepat kita dapat mengatakan bahwa Yesus menghendaki sebuah kesatuan karakter dalam sebuah totalitas jiwa seorang manusia: apa yang terdapat dalam diri seseorang akan Nampak pada luar diri seseorang, itulah integritas. Jika sebaliknya, maka integritas seseorang dalam bahaya yang sangat serius dan menghancurkan dirinya sendiri sehingga sangat mungkin perkataan-perkataannya sangat bernilai untuk dituruti, tetapi tidak pada perbuatannya: turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Ini bukan sebuah situasi yang baik pada sisi apapun juga sebab tanpa teladan, kebenaran yang diajarkan tidak dapat memberikan perubahan karakter yang sesungguhnya. Tak heran salah satu kecaman  terhadap para pemimpin agama ini sangat mencengangkan:

0 Pelajaran Hidup yang Sukar


Oleh: Martin Simamora


Belajar Mencukupkan Diri Dalam Segala Keadaan


Pengejaran- Pengejaran yangTak Pernah Titik
Mari pertama-tama saya ajukan terlebih dahulu konteksnya agar tak disalahmengerti sebagai ketakproduktifan dan cepat berpuas diri. Dunia ini pada segala aspeknya tak akan selalu membahagiakan dan karena itu juga tidak akan selalu menyengsarakan. Kalau memperhatikan pernyataan demikian, seolah manusia memiliki semacam titik-titik ekuilibriumnya masing-masing yang merupakan titik-titik kepuasan atau ketercukupan hidup teroptimalnya yang khas. Tetapi faktanya tidak. Banyak hal, manusia ketika masih belum memiliki  hal-hal yang diinginkan dalam daftar keinginannya, beranggapan andaikata hal tersebut bisa didapatkannya, maka itu akan menjadi kebahagiaannya atau kepuasannya. Pada satu sisi lainnya, ada manusia ketika masih dalam situasi-situasi hidup yang tidak membahagiakan, menyedihkan hingga menyengsarakan, berpengharapan dengan sejumlah daftar apa-apa yang dianggapnya sebagai penyebab kesusahan hidupnya telah menyangka jika saja daftar itu dapat dihilangkan, maka ia akan menjadi bahagia dan memiliki kepuasan hidup yang diimpikannya. Pada faktanya, kedua hal tersebut tidak pernah terwujud sesederhana itu.

Kepuasan diri dan kepuasan hidup, pada faktanya, dapat menjadi sebuah pengejaran hidup yang tak dapat didefinisikan sendiri oleh manusia itu. Mengapa? Karena pengejaran itu berangkat dari apa yang kita sangka sebab bahkan jiwa kita sendiri tak pernah bisa mensubstansikannya sedemikian rupa sehingga menggenapkan jiwa yang bergelora. Ya begitulah kita…kita mengejar apa yang kita sangka atau pikir akan membuat kita bahagia hanya untuk mendapatkan dirinya tetap saja tidak seberbahagia sangkanya, kita dengan demikian mendapatkan diri ini lebih berbahagia sebelum saya dan anda memulai pengejaran-pengejaran semacam itu.

0 Menyambut Masa Tua, Walau Kini Masih Muda, Sehat & Gagah (2 selesai)



Oleh:Robert Morgan

Menjadi Tua Penuh Kasih Karunia:
Usia Tua Kita Pada Dasarnya adalah Puncak atau Klimaks Penutup Menara yang Telah Kita Dirikan Sepanjang Kehidupan Kita
Twin Tower WTC Construction-wirednewyork

Seseorang pernah berkata begini,”Semakin anda menjadi lebih tua, semakin anda menjadi seperti tempat yang akan anda tuju.” Dr. Paul Tournier mengungkapnya dalam cara yang lebih lunak. “Karakteristik-karakteristik dasar individual akan meningkat dan menguat seiring usia,” ujarnya.

Usia tua kita pada dasarnya adalah puncak atau klimaks penutup menara yang telah kita dirikan sepanjang kehidupan kita. Menara Salomo telah cacat oleh kecerobohan rohani dan berkompromi. Salomo terlalu sibuk dengan emas dan perempuan-perempuannya untuk mampu memberikan perhatian kepada Tuhannya. Salomo telah mendapatkan seluruh dunia, dan kehilangan jiwanya. Andrew Bonar, seorang tokoh besar Kristen, kerap mengingat kata-kata ayahnya untuknya: Andrew! Berdoalah agar kita dapat senantiasa berpakaian baik hingga kesudahan!

0 Menyambut Masa Tua, Walau Kini Masih Muda, Sehat & Gagah (1)



Oleh:Robert Morgan

Menjadi Tua Penuh Kasih Karunia: Lubang-Lubang Di Sepanjang Jalan yang Dilalui
Takut akan TUHAN itu suci,
tetap ada untuk selamanya;
hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya,
lebih indah dari pada emas,
bahkan dari pada banyak emas tua;
dan lebih manis dari pada madu,
bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah.
Lagipula hamba-Mu diperingatkan oleh semuanya itu,
dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar.- Mazmur 19:9-11

Menjadi tua penuh kasih karunia adalah tesis yang hendak menyatakan bahwa hari-hari terbaik orang Kristen adalah selalu atau senantiasa berada di hadapan- Nya. Tubuhku boleh saja menua, itu pasti, mengalami keausan dan kemerosotan, tetapi hanya untuk dibangkitkan pada satu hari yang sedang mendekat segera dalam kemuliaan. Sementara roh-roh kita bertumbuh semakin muda dan semakin  lebih kuat. 2Korintus 4:16 berkata bagi kita, “karena itu jangan kehilangan semangat. Walaupun secara tubuh fisik kita sedang semakin kehilangan daya dukung kehidupannya, namun tubuh rohani kita sedang diperbarui dari hari ke hari.” Dan Amsal4:18 berkata bagi kita “jalan orang benar berjalan seperti matahari terbit, semakin lebih cerah dan lebih cerah…” (TEV).

Mazmur 92 berkata “Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya.”

Dan dalam Yesaya 46, Tuhan berjanji “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.”

Kita sedang diberikan contoh-contoh dalam Alkitab orang-orang yang tetap bersinar dan kokoh dalam usia-usia emas mereka, mendapati mereka dalam tahun-tahun paling akhir hidup mereka dalam keadaan yang paling produktif bagi kerajaan Allah. Kita memiliki teladan orang-orang seperti Kaleb dalam Perjanjian Lama; dan dalam Perjanjian Baru, rasul Paulus yang memiliki hari-hari akhir kehidupannya telah didapati sebagai orang yang tak dapat ditindas, pekerja keras, meluangkan banyak sekali waktu untuk belajar, membaca dan menulis, dan bermurah hati. Tetapi ada satu nas mengenai menjadi tua dalam Alkitab yang kelihatannya melampaui semua yang lainnya. Saya telah menemukan satu bab dalam Alkitab yang menggambarkan proses menjadi tua dalam terminologi-terminologi yang sangat melankolik dan sangat mengerikan. Dengarkanlah cara Pengkhotbah12 menggambarkan proses menjadi  tua:

0 Kehendak Allah (2 selesai)


Oleh:P.A.

Pemikiran-Pemikiran Mengenai Kehendak Allah
Peran Doa
Yesus mengajarkan kita untuk berdoa “jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” (Matius6:10). Dan pada malam sebelum dia disalibkan dan mengalami kesengsaraan yang sangat menyiksanya (berada di pusat kehendak Allah tidak berarti kita kebal terhadap kesengsaraan!) dan doa yang tidak mempedulikan dirinya sendiri “tetapi BUKAN KEHENDAKKU tetapi KEHENDAKMU jadilah” (Lukas 22:42, bandingkan dengan Yoh4:34).

Jika kita mau melakukan KEHENDAK ALLAH  secara benar, marilah kita bersedia mengupayakan diri ini menyangkal diri sendiri. Kecuali kita menyangkal diri sendiri, kita tidak akan pernah melakukan kehendak Allah. Kehendak-Nya dan kehendak kita seperti angin dan ombak ketika mereka saling bertolak belakang. Dan tentu saja, Yesus akan membenarkannya “Aku selalu melakukan hal-hal yang menyenangkan (kehendak Bapa-Nya) bagi Dia (Yoh8:29). Dan juga bila diantara kita ada yang kekurangan hikmat sehubungan dengan apa yang harus dilakukan dalam situasi yang sukar, Yakobus menginstruksikan kita untuk meminta kepada Allah, percaya bahwa Ia akan secara murah hati memberikan kita hikmat (Yakobus1:2-7). Kita juga harus meminta kepada Allah agar kita DIPENUHI DENGAN (dikontrol oleh) pengetahuan KEHENDAK ALLAH dala segala hikmat dan pengertian rohani, sehingga kita dapat berjalan dalam sebuah sikap memuliakan Tuhan, menyenangkan-Nya dalam setiap aspek, menghasilkan buah dalam setiap pekerjaan baik dan meningkat dalam pengetahuan akan Tuhan” (Kolose 1:9-10).

Kita juga dapat berdoa sebagaimana Daud telah berdoa kepada Allah untuk mengajarkan kita untuk melakukan kehendak-Nya dan membiarkan Roh-Nya menuntun kita (Maz143:10)

0 Kehendak Allah (1)



Oleh:P.A.

Pemikiran-Pemikiran Mengenai Kehendak Allah


Peringatan:
Artikel ini hanyalah sebuah keping kecil atau sebuah ringkasan sederhana dari kebenaran-kebenaran mengenai topik yang sangat mengemuka  KEHENDAK ALLAH, tetapi diharapkan akan memberikan kepada saya dan anda sejumlah pedoman umum.

Pertama, kita harus membedakan antara KEHENDAK TERSEMBUNYI (RAHASIA) Allah dan KEHENDAK YANG TELAH DISINGKAPKAN Allah yang hanya dapat diketahui dalam restrospeksi (memandang kembali apa yang TELAH terjadi-bukan apa yang sedang dan apa yang akan terjadi) karena “hal-hal rahasia milik Tuhan”:

Ulangan 29:29 Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini."

Mengingat bahwa Yusuf tidak memahami kehendak “rahasia atau tersembunyi” Allah dalam hidupnya sampai nanti ketika ia meninjau kembali ke belakang atas berbagai peristiwa hidupnya dan Roh telah menyingkapkan kepadanya bahwa ia dapat dengan penuh keyakinan berkata kepada saudara-saudaranya:

0 Hiduplah Secara Bijak: Tebuslah Waktu! (2 selesai)


Oleh: P.A.

Apakah Anda Mempergunakan Waktu, “Waktu Hidupmu?”
Embed from Getty Images

Kata WAKTU (Yunani=Kairos) lebih baik diterjemahkan PELUANG dan merujuk pada sebuah periode waktu yang telah pasti dan definitif dimana sesuatu dapat diselesaikan sehingga tidak dapat diselesaikan setelah waktunya berlalu. Gagasan kairos bukan “waktu jam/clock time” (Yunani=Kronos) tetapi  merujuk pada semacam “kesempatan-kesempatan kerajaan.” Wuest menyatakan lebih lanjut bahwa gagasan Paulus bukan untuk mempergunakan waktu dalam cara terbaik yang dapat kita upayakan, bahwa apa yang yang seharusnya kita lakukan dalam maksud tidak menyia-nyiakannya, tetapi mempergunakan keunggulan melekat pada PELUANG-PELUANG yaitu menghadirkan dirinya sendiri bagi kita. Bacalah terus untuk mendapatkan gambaran utuhnya.

Waktu atau peluang untuk menghasilkan buah adalah MUSIM semi (kairos) yang mana pohon menghasilkan buah, sangat berbeda dengan akhir musim gugur, ketika tidak akan ada sama sekali pohon berbuah. Dan karenanya kairos adalah waktu dimana Allah mengalokasikan pada setiap orang percaya untuk menghasilkan buah bagi mereka sendiri “buah rohani.” Kebenaran ini memanggil kita untuk “Merebut Hari Tersebut” (Carpe Diem) karena “Waktu pergi berlalu” (Tempus fugit). Sebagaimana dikemukakan Horace Mann: “Kehilangan kemarin, di suatu tempat  di antara matahari terbit dan matahari terbenam, dua waktu emas, masing-masing waktu tersebut memiliki rangkaian enam puluh berlian menit. Tidak ada hadiah yang ditawarkan, karena 60 menit itu akan berlalu selama-lamanya.” Kairos menggambarkan waktu terbaik untuk melakukan sesuatu, momen ketika situasi melingkupinya paling pas. Kairos dapat berupa sebuah momen atau sebuah musim, tetapi selalu merujuk pada waktu-waktu spesifik dimana peluang dalam  keadaan matang, oleh sebab itulah ketika waktu berlalu, demikian juga peluangnya-“peluang hanya mengetuk satu kali.”

Kata PELUANG/OPPORTUNITY berasal dari bahasa Latin “ob portu”. Dalam era kuno sebelum ada pelabuhan-pelabuhan  laut moderen seperti sekarang ini, kapal-kapal laut harus menanti waktu/saat berombak yang berbahaya untuk berlalu pergi sebelum kapal-kapal  sandar dermaga secara aman. Jadi “OB PORTU”, digambarkan sebagai kapal menantikan waktu UNTUK BERLABUH,” siap untuk merebut momen krusial ketika  kapal dapat melayari perairan laut berombak yang telah aman ke dermaga. 

0 Hiduplah Secara Bijak: Tebuslah Waktu! (1)


Oleh: P.A.

Apakah Anda Mempergunakan Waktu, “Waktu Hidupmu?”

Sebelum melanjutkan membaca, berhentilah sejenak dan buatlah sebuah daftar berisikan hal-hal yang anda sangat hargai dalam hidupmu. Tak diragukan Allah, Yesus, keluarga, dan seterusnya akan berada di tempat teratas dalam daftarmu. Tetapi apakah anda memasukan WAKTU dalam daftarmu?

Efesus 5:15-16 telah disebut sebaga kunci Alkitab untuk MANAJEMEN WAKTU. Dalam nas ini Paul memerintahkan semua orang percaya:

Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu."(Efesus 5:14) Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. (Efesus 5:15)

Paulus menggunakan tiga kata Yunani atau frasa yang sangat instruktif, pertama merupakan perintah untuk “memperhatikan dengan seksama” (secara hati-hati/cermat- dalam bentuk present imperative=perintah untuk melakukan ini sebagai sikap gaya hidup yang penuh keawasan terhadap bahaya-bahaya) bagaimana kamu berjalan.” Gagasannya adalah kita sebagai orang percaya diperintahkan untuk secara terus-menerus memperhatikan, penuh keawasan, waspada, untuk membedakan dengan Roh yang memampukan visi. Perintah ini yang memanggil kita untuk secara terus- menerus hidup secara bijak dan secara terus-menerus bergantung pada dan dipenuhi dengan atau dikontrol oleh Roh Kudus:

Efesus 5:18 Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh,

0 Ketika Krisis Ekonomi Membuat Kehidupan Lebih Buruk Daripada Kemiskinan Itu Sendiri



Oleh: Martin Simamora


Berikanlah Kami Pada Hari Ini Makanan Kami yang Secukupnya

After a day of working manual labor, Paredes, who was a lawyer in Venezuela, returned home in Princes Town. Paredes, 40, also has a doctoral degree- The Washington Post.com

Ketika Uang Sama Sekali Tak Menarik Untuk Dicuri Bagi Para Pencuri
Pernahkah anda membayangkan untuk sungguh-sungguh berdoa bagi berkat jasmaniahmu kepada Tuhan dalam sebuah ketulusan atau mungkin keterdesakan seperti ini: berikanlah pada hari ini makanan kami yang secukupnya? Secara normal dan berdasarkan kemampuan manusia untuk mengantisipasi pemenuhan kebutuhan sehari-hari akan sukar untuk menemukan konteks keadaan yang akan membuat seseorang berdoa secara tulus atau barangkali dalam keterdesakan yang mungkin untuk terjadi, sehingga itu menjadi sebuah baris kalimat doa yang sungguh mulia dan mahal bagi kelangsungan hidupnya. Pernahkan anda membayangkan dalam hidup ini, bahkan anda akan mendapatkan uang bahkan tidak bernilai sama sekali sehingga sungguh amat mewah untuk memiliki sekaleng Sarden atau Makarel? Sukar bukan untuk membayangkannya. Atau, pernahkah anda dapat membayangkan bahwa para pencuri di seanteoro negaramu bahkan tak lagi tertarik untuk merampok tumpukan-tumpukan uangmu dalam lemari besi rumahmu, sekalipun anda menawarkannya demi mempertahankan sekaleng Makarelmu untuk anak-anakmu pada hari itu? Adakah yang siap untuk menerima realita bahwa mata uangmu terhadap mata uang dolar hanya senilai USD0,0001? Itu sebabnya  pencuri di seantero negaramu sudah tak berminat lagi dengan mata uang nasionalmu karena hanyalah seonggok kertas tak berharga!

Apakah mungkin dalam dunia kita kini atau dalam kekontemporeran di era saya, doa sebagaimana diajarkan Yesus itu sungguh benar divinitas dan sungguh substantif bagi saya dan anda? Kita memerlukan fakta kontemporer yang dapat membantu kita memahami dan memasuki realitas yang membuat baris doa tersebut sungguh mulia, karena itu mari kita memperhatikan situasi-situasi dibawah berikut ini:

0 Penjelasan Yesus Mengenai Kemuliaan Diri-Nya



Oleh: Martin Simamora

“Ia adalah Sang Mesias & Sang Hakim Agung dan Kekal”

Aku Layak Untuk Dimuliakan Di Bumi Ini & Perkataan-Perkataanku Memerintah Kekal
Tetapi sebelumnya,  bagaimana para murid Kristus dan masyarakat umum memandang dirinya? Mari kita menyorot satu momen sangat istimewa ini:

▬Lukas 19:36-37  Dan sementara Yesus mengendarai keledai itu mereka menghamparkan pakaiannya di jalan. Ketika Ia dekat Yerusalem, di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua murid yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mujizat yang telah mereka lihat.

Orang banyak memberikan pemuliaan yang sungguh agung dengan menghamparkan pakaiannya di jalan dan  para murid memberikan pemuliaan dengan pujian nyaring kepada Yesus karena segala mujizat yang telah mereka lihat. Dan ini adalah sebuah perilaku yang salah bagi para pemuka agama, karena bagaimana mungkin seorang manusia disembah dan diagungkan sedemikian rupa bagaikan Tuhan? Sebagaimana terpotret dalam episode ini:

Lukas 19:39 Beberapa orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu."

Sementara para pemuka agama begitu gusar dengan pemuliaan diri Yesus yang  terlampau tinggi  bagi seorang manusia, Yesus memberikan jawaban yang mencengangkan, ia bukan saja menyatakan ia layak untuk dimuliakan oleh manusia tetapi segenap alam ciptaan memang  harus memuliakan dirinya:

Lukas 19:40 Jawab-Nya: "Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak."

Pada dasarnya pada momen tersebut, Yesus menyingkapkan siapakah dirinya, sayangnya para pemuka agama Yerusalem tak dapat melihat hal itu sebagaimana dikatakan oleh Yesus sendiri:

Lukas 19:41-42 Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.

0 Penjelasan Yesus Mengenai Problem Dosa Pada Diri Manusia


Oleh: Martin Simamora

“Aku Berkata Kepadamu, Sesungguhnya Setiap Orang yang Berbuat Dosa, Adalah Hamba Dosa”
Kredit: Bible Yoda-Pinterest

Penjelasan Yesus Mengenai Problem Dosa
Pada umumnya orang akan memandang bahwa  berubah menjadi orang baik atau berubah menjadi orang yang meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa, perubahan itu terletak pada dirinya sendiri apakah mau berubah atau tidak, sehingga problem dosa dalam penanggulangannya hanya membutuhkan perjuangan jiwa manusia untuk menaklukan dosa sebagai sebuah sentral penanggulangan dosa atau problem kejahatan. Dengan kata lain, menjadi orang baik dalam konteks meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa yang bersumber dari kemauan diri manusia tersebut akan menjadi semacam tindakan yang akan memproses jiwa untuk menjadi suci atau mulia. Pada pandangan ini, meletakan problem dosa, semata pada lingkup problem karakter atau moral yang sedang kelam atau hitam, sehingga untuk mengatasinya, manusia itu harus terlebih dahulu mengalami kesadaran diri atau pencerahan jiwa akan keadaannya yang jahat itu, agar mau melangkah dan berjuang menuju perubahan hingga menjadi berkarakter atau bermoral baik dan mulia. Jadi memang semata problem diri manusia yang bersumber pada diri manusia yang dapat dikuasai dan dikendalikan berdasarkan otoritas yang sesungguhnya ada di dalam diri manusia itu sendiri, asalkan ia mau bersungguh-sungguh memperjuangkan perubahan signifikan tersebut.

Tetapi pandangan ini menjadi sangat bertolak belakang kala diperhadapkan secara frontal dengan penjelasan Yesus mengenai problem dosa pada diri manusia. Ketika Yesus Kristus menjelaskannya, maka problem dosa dengan segala rupa/wujud dan modus operandinya, bagi-Nya bukan sebuah problem yang dapat begitu saja diatasi dan dikendalikan manusia, asalkan saja ia mau melakukannya. Bagi Yesus, problem dosa tidak dapat ditinjau pada semata problem yang dapat diatasi oleh kemauan atau kehendak manusia untuk berubah. Mengapa demikian? Sebab dosa telah diintroduksikan oleh Yesus sebagai sebuah entitas kuasa yang memiliki semacam pemerintahan dan otoritas yang begitu kokoh  dan absolut atas jiwa-jiwa manusia yang mengakibatkan daya dan otoritas kehendak atau kemauan diri seorang manusia tak memiliki sedikitpun daya pukul untuk melumpuhkan kuasa dosa itu pada dirinya sendiri, sehingga kemauan atau kehendak diri sendiri dapat bekerja efektif menaklukannya. Dalam hal ini, konsekuensi lebih jauhnya,  sementara manusia memang dapat membangun perubahan karakter atau memiliki perbuatan-perbuatan baik menjadi, namun tak berkolerasi positif dengan akan memberikan manusia itu kuasa kemenangan diri atas kuasa pemerintahan dosa. Bahkan uniknya, terkait realitas ini, Yesus menempatkan dirinya sebagai satu-satunya yang berkuasa atas diri manusia untuk memerdekakannya dari problem tak tertanggulangi manusia. Perhatikan  penjelasan Yesus berikut ini dalam injil Yohanes:

Yohanes 8:34-36 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."

0 Jalan Keselamatan Bukan Rivalitas Kebenaran-Kebenaran



Oleh: Martin Simamora


 Keselamatan Dari Tuhan, Bukan Melalui Perjuangan atau Fanatisme Hidup Kudus, dan Taurat
Tidak Pernah Ada Dualitas pada Keselamatan
Hanya Datang Dari Allah



Kalau kita membicarakan satu satunya keselamatan, maka bukan merupakan konsepsi dan tidak akan pernah sebuah rivalitas di antara alternatif alternatif lainnya. Alkitab sama sekali tidak pernah membicarakan konteks yang demikian. Bahkan hal ini tetap begitu jelas dalam peristiwa negatif atau peristiwa kelam. Mari kita perhatikan teks ini yang juga akan menjadi sentral pada khotbah kali ini :

Lukas 11:49-51 (TB)  Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini.

Apa yang menarik dari teks ini, fakta para pembawa kebenaran yang tidak tunggal: “mereka nabi-nabi dan rasul-rasul” namun tidak sedikitpun mengindikasikan kemajemukan kebenaran atau keberagaman “hikmat Allah” terkait keselamatan. Kebenaran ini telah diungkapkan oleh Yesus sebagai kebenaran “sejak dunia dijadikan.” Jadi dengan demikian, Yesus Kristus dalam hal ini sedang membicarakan kebenaran Allah yang telah ada sejak pra eksistensi Israel! Walau Yesus adalah Mesias yang dijanjikan bagi Israel dan datang dari bangsa ini, spektrum peruntukannya adalah bagi dunia dan sejak permulaan waktu sejarah manusia. Konteks Lukas 11:49-51 adalah Yesus yang sedang mengecam bangsa Israel sebagai bangsa yang begitu berlumuran darah, sekaligus menunjukan kalau hanya bangsa ini saja yang memiliki para nabi dan para rasul yang datang dari satu-satunya Allah. Hanya dari bangsa ini saja dan tidak akan ada dari bangsa lain manapun juga, sementara kebenaran yang diterima bangsa ini telah merupakan kebenaran yang telah dinyatakan sejak sebelum Israel itu sendiri ada: “supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan


Yesus Kristus tidak membicarakan banyak varian atau administrasi jalan keselamatan yang pernah ditawarkan pada zaman demi zaman, tetapi membicarakan kejahatan manusia terhadap para nabi pembawa suara dan kehendak Tuhan terhadap manusia. Yesus menunjukan pemberontakan manusia yang merupakan pemerintahan dosa dalam rupa paling keji: membunuh para nabi kudus Allah yang sama sekali tidak datang dengan kekerasan dan bala tentara perkasa. Coba kita perhatikan sabda Sang Kristus berikut ini:

0 Mengenali Tujuan Hidup Bagi Sesama & Tuhan

Oleh: Martin Simamora

Bercita-Citalah Setinggi Awan di Langit Untuk Melahirkan Karya-Karya Terbaik Bagi Sesama Manusia & Bagi Tuhan

Apakah tujuan hidupmu sebagai seorang yang telah ditebus oleh Kristus  dalam kasih karunia Allah dari belenggu maut dan perhambaan kuasa kehendak dosa?

Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?- Roma 6:15-16

Kehidupan di dunia ini, sementara kejahatan dapat merajalela, ternyata lebih besar dan lebih agung daripada yang anda sangkakan atau yang mungkin untuk anda pikiran? Bahkan lebih besar daripada apa yang dapat anda persembahkan berdasarkan kekuatan anda sendiri, itu oleh karena Kristus! Ketika rasul Paulus menuliskan “Jadi bagaimana? Apakah kita  akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat,….? Ini, “jadi bagaimana” adalah sebuah pertanyaan yang memiliki kedalaman dan keluasan gabungan 7 samudera di dunia ini, bahwa di dalam kasih karunia anda memiliki produktivitas-produktivitas yang begitu kaya yang masih perlu digali-perlu dieksploitasi didalam diri ini sebagai orang-orang yang hidup dalam kasih karunia untuk dihasilkan dan diwujudkan kepada sesama manusia dan kepada Tuhan. Ya… kepada sesama manusia, seharusnya, orang-orang kasih karunia adalah manusia-manusia unggulan. Rasul Paulus membahasakannya dalam sebuah kesakralan yang melampaui keluhuran moralitas yang dapat diraih manusia dengan menuliskan “karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat.” Ada sebuah kualitas kehidupan orang-orang kasih karunia yang begitu unggul yang keunggulannya tidak lagi dapat dibicarakan dalam tatar “berada di bawah hukum Taurat” oleh sebab manusia-manusia kasih karunia adalah manusia yang hidup berdasarkan kehidupan berhambakan hidup, bukan berhambakan dosa.

Tujuan hidup didalam  kasih karunia bukan lagi berkubangan pada hal-hal yang tak membawa kemajuan dan pertumbuhan hidup sebab pada faktanya hidup di dalam kasih karunia berhambakan pada ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran, sampai menutup mata ini di dunia ini.

0 Resiko Itu Baik (1)



Oleh: Pastor Emeritus [Bethlehem Baptist Church] Dr. John Piper


Lebih baik kehilangan nyawamu, daripada menyia-nyiakannya

Bab 1:Makna Tertinggi Hidup
Hampir segala sesuatu yang harus saya katakan dirangkumkan dalam  kata-kata Paulus yang sepenuh jiwa kepada gereja di Filipi:

Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. – Filipi 1:20-21

Andai kata anda dapat  meminta Paulus untuk mengatakan kepadamu apakah tujuan tertinggi hidup ini-hidupnya atau setiap  hidup yang tak sia-sia-saya berpendapat inilah apa yang akan diucapkannnya. Menghormati Kristus, mengagungkan Kristus, melakukan segala-galanya bagi Kristus. Itulah yang telah menjadi makna hidup Paulus. Ini jugalah yang seharusnya menjadi makna hidup kita. Dan Paulus  mendoakanya, agar itu juga menjadi makna kematiannya juga. Kita hidup dan kita mati untuk sebesar-besarnya Kristus.

Alam semesta telah diciptakan untuk ini—mengagungkan Kristus. Paulus berkata banyak akan hal ini dalam Kolose 1:16: “Segala sesuatu telah diciptakan melalui dia dan untuk  dia.” Untuk dia. Benar sekali, untuk kemuliaannya. Untuk pengagumannya, penghargaan, takjub, pujian, kepercayaan, kepatuhan, ketundukan, penyembahan. Makna atau tujuan hidup adalah global. Itu mencakup semua orang di dunia ini. Mengapa Allah memanggil Paulus dan menjadikan dia—dan ribuan seperti dia—seorang utusan injil bagi bangsa-bangsa? Dia menjawab, “Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya” (Roma 1:5). Taat kepada nama Yesus.

0 KASIH .



Oleh : Martin Simamora & Pdt.Steidy Suwuh

KASIH .


Baiklah. Problemnya adalah kebanyakan orang Kristen ketika membaca kasih maka dimaknai sebagai bentuk terlemah dari ekspresi atau perwujudan iman Kristen. Bahkan hingga yang paling negatif : hanya kasih maka tak memperhatikan mana yang salah dan mana yang  benar. Dengan kata lain, kalau saya memuliakan kasih atau mengasihi Tuhan  sebagai sentral keberimanan saya kepada Tuhan Yesus, maka akan dimaknai bahwa saya tak menggubris larangan dan aturan/menyampahkannya. Benarkah? Jawabnya: Salah sama sekali! Kita  BUKAN memandangnya sebagai sampah, namun bukan merupakan dasar atau fondasi  hubungan saya atau anda dengan Kristus! 


Perhatikan hal ini, yang dikemukakann  pendeta Steidy Suwuh dalam sebuah grup di facebook dimana saya  berkesempatan berinteraksi di dalamnya:
Kekristenan tidak didasarkan  pada  larangan-larangan  dan peraturan-peraturan. Sesungguhnya, Kekristenan didasarkan kepada suatu hubungan kasih dengan seseorang, yaitu Yesus Kristus. Dasar-dasar fundamental dari kehidupan Kristen yang sejati adalah diringkaskan dalam dua perintah agung yang diberikan oleh Kristus dalam Matius 22:37:
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.


Bagaimana anda menanggapi perintah Yesus ini? Setinggi apakah anda mengapresiasinya? Apakah  ini bermakna bahwa dengan demikian Yesus anti terhadap hukum atau aturan atau larangan? Yesus penganut amoralitas dan penganjur anti hukum negara dengan demikian? Tidak sama sekali.

0 Selamat Menyambut dan Memasuki Tahun 2015



Oleh : Martin Simamora

Selamat Menyambut dan Memasuki Tahun 2015
"Ketika Kristus Berdoa Bagi Masa Depanmu"



Sebentar lagi, dalam hitungan jam, jika Tuhan berkenan maka saya dan anda akan memasuki tahun baru  entah dalam keadaan sehat atau sakit dan entah apapun juga keadaanmu. Saya katakan demikian sebab juga ada mereka yang  memasuki tahun baru dalam keadaan perang, dalam pelarian atau pengungsian akibat perang atau kelaparan, atau dalam kesedihan dan duka yang mendalam. Pada kesempatan ini saya  ingin menyatakan turut bersimpati dan berduka  kepada setiap keluarga yang berduka karena anggota keluarganya mengalami musibah dalam jatuhnya pesawat AirAsia, penerbangan Surabaya-Singapura, biarlah kasih Tuhan kiranya mendekap setiap hati yang berduka. Dan bagi setiap orang Kristen atau keluarga Kristen hendaklah setiap dari kita memandang ke belakang- apa yang telah terjadi untuk  tetap mengucap syukur dalam segala hal, ya dalam segala hal termasuk keadaan yang menyedihkan bukan saja menggembirakan dan termasuk keadaan sukar bukan saja keadaan mudah atau menyenangkan (renungkanlah 1 Tesalonika 5:18, Efesus 5:20), dan juga hendaklah setiap kita memandang masa depan dengan senantiasa melibatkan Tuhan dalam segala yang direncanakan sebab kita tak tahu sama sekali apa yang akan terjadi pada esok hari dan pada diri kita sendiri; kita sama sekali tak berkuasa atau tak memiliki kendali apapun akan masa depan bahkan pada hidup diri sendiri (bandingkan dengan Yakobus 4:13-15, Amsal 20:24, Amsal 37:23, Yeremia 10:23).


Masa lalu dan masa depan, dalam kedua hal tersebut kita tidak memiliki kuasa dan kendali apapun itu sebabnya  kepada masa lalu yang telah dilalui atas apapun juga kita diperintahkan untuk mengucap syukur dan kepada masa depan yang belum dilalui kita diperintahkan untuk melibatkan Tuhan. Jika kita tidak melibatkan Tuhan  dalam setiap hal yang hendak kita lakukan maka kita adalah manusia-manusia sombong atau congkak (Yakobus 4:16, Amsal 27:1), dan itu adalah sebuah dosa (Yakobus 4:17).
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9