F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Pemerintahan. Show all posts
Showing posts with label Pemerintahan. Show all posts

0 Vox Populi Vox Dei

Oleh: Martin Simamora

Suara  Tuhan Atau Justru Suara Dunia  Dengan Segala Keinginannya?

Kredit:  www.rightnow.io
Apa yang harus dimengerti adalah bahwa Vox Populi bisa terisolasi dari Vox Dei. Ketika Vox Populi adalah opini umum yang berkuasa dan lagi menindas penuh kekerasan terhadap kebebasan kemanusiaan lainnya, maka suara rakyat atau  Vox Populi itu adalah suara rakyat yang belaka refleksi keinginan manusia  yang akan berlawanan dengan Vox Dei. Ini tak harus membingungkan karena VPVD bukanlah  amsal suci pada manusia sebab tak pernah manusia suci pada sebagaimana Tuhan dengan sendirinya, apalagi jika  Vox Populi itu dilatari dengan konspirasi-konspirasi  yang melahirkan adu kekuatan rakyat terhadap sebuah konsensus politik nasional. Dengan kata lain, menjadi penting untuk diketahui bagaimana sebuah  Vox Populi terlahirkan, sesuci apakah. Mengapa begitu? Karena menautkan Vox Populi dengan Vox Dei pada dasarnya sebuah upaya yang harus disikapi secara cermat dan hati-hati karena relativitas moralitas manusia yang dinaungi oleh segala keinginannya, bisa jadi  telah akan me-Tuhan-kan manusia-manusia fana  sehingga membuat kebenaran-kebenaran manusia menjadi sabda manusia   yang menentukan apakah konten atau isi Vox Dei tersebut.

Ketika Vox Populi - Vox Dei dibawa secara penuh dalam berbagai proses politik yang bagaimanapun, maka opini mayoritas dapat menjelma menjadi Tuhan kebenaran kala diperlakukan sebagai standar-standar yang harus diikuti oleh rakyat lainnya dengan kekuatan paksa, dan bahkan terhadap negara beserta konstitusinya. Kita harus memahami, ketika kita percaya Vox Populi Vox Dei dalam kenaifan politik maka konsekuensinya  ada 2: pertama, harus siap menerima perubahan negara  berdasarkan suara yang tak mayoritas tetapi memiliki kekuatan opini yang memerintah dan berkekuatan paksa terhadap semua; kedua, kita harus siap bahwa ini dapat menjadi situasi rakyat versus negara kala negara dalam perilakunya tidak lagi mewakili harapan-harapan rakyat yang memilihnya sebagai pemerintahan atas seluruh rakyat. Tetapi saya tidak ingin berbicara ini lebih lanjut, tetapi ini:  Tuhan menetapkan sebuah pemerintahan dan negara bukan berdasarkan pilihan atau suara rakyat sehingga perkenanan Tuhan atas sebuah negara dan pemerintahannya berdasarkan suara rakyat. Jika dia bersabda maka itu adalah kebenarannya yang mengatasi dan menghakimi semua kebenaran termasuk apa yang dipandang sebagai “Vox Populi Vox Dei” oleh para manusia.

Seperti saya kemukakan sebelumnya, pada praktiknya Vox Populi dapat tak bersangkut paut dengan Vox Dei, sambil mengingat bahwa sebetulnya Vox Dei tak pernah bersetara dengan Vox Populi. Relasi antara Vox Populi terhadap Vox Dei, dengan demikian, haruslah memperhatikan kebenaran bahwa Tuhan independen terhadap manusia dengan Vox Deinya , Ia tidak bertindak berdasarkan persetujuan manusia:

0 Tuhan Dalam Ketakpastian Politik Termencekam Sebuah Bangsa

Oleh: Martin Simamora


Ketika Kudeta Membayang-Bayangi Sebuah Pemerintahan Sah Yang Lemah, Tak Pernah Ada Pemenang Selain Penderitaan Panjang

Before the military coup in Chile, we had the idea that military coups happen in Banana Republics, somewhere in Central America. It would never happen in Chile. Chile was such a solid democracy. And when it happened, it had brutal characteristics.- Isabel Allande

Sebelum kudeta militer di Chile, kita memiliki pemikiran bahwa kudeta-kudeta militer terjadi di Republik Pisang (sederhananya terminologi politik untuk negara-negara  lemah dengan  instabilitas politik berkepanjangan dan ekonomi yang bergantung pada ekspor SDA yang terbatas), di suatu tempat di Amerika Tengah. Kudeta tak akan pernah terjadi di Chili. Chili adalah negara dengan  demokrasi kuat. Dan ketika kudeta terjadi, kudeta terjadi dengan karakteristik-karakteristik brutal- Isabel Allande


Pada kenyataannya, sejak era purba hingga era politik modern, ketakpastian politik sebuah pemerintahan adalah hal yang sangat mencekam bukan saja bagi masa depan sebuah  kerajaan atau negara, tetapi masa depan setiap manusia yang menjadi warga negara didalamnya. Itu sebabnya dalam derajat-derajat tertentu ketakpastian politik menciptakan destabilitas hingga melahirkan instabilitas yang merampas keamanan dan kesejahteraan rakyatnya, lalu eksodus berlangsung baik secara damai atau dalam situasi berdarah.

Mari sejenak membaca stanza yang dituliskan pujangga Inggris kelahiran Nairobi Warshan Shire:

No one leaves home unless
Home is the mouth of a shark
You only run for border
When you see the whole city
Running as well

Tidak ada yang meninggalkan rumah kecuali
Rumah adalah mulut seekor hiu
Kamu hanya berlari menuju perbatasan
Ketika kamu melihat semua kota
Berlarian juga

Menunjukan betapa mengungsi dari negeri sendiri atau dari tanah air sendiri bukan dambaan setiap manusia, kecuali negerinya atau pemerintahannya adalah mulut Hiu bagi keamanan dan damai sejahtera bagi rakyatnya sendiri.

0 Berdoalah, Bukan Mengutuki

Oleh: Martin Simamora & "Martin's Political Thought" 

Karena Celakalah Bangsa yang Sarat dengan Kesalahan

(Karena Ketika Allah Sudah Memalingkan Mukanya Dari Sebuah Bangsa Maka Tak Ada Lagi Doa Yang Dapat Menghapus Murka-Nya)


Bagaimanakah kondisi manusia kepada sesamanya manusia, pada hakikatnya? Bagaimana studi politik memandang natur manusia itu termasuk dalam panggung politik?  

Mengenai ini, saya ingin mengutip pandangan 2 tokoh yang dikenal baik dalam studi-studi politik, mereka adalah: David Hume dan Thomas Hobbes.  David Hume seorang sejarawan dan filsuf Skotlandia,  mengacu pada karyanya “Essays: Moral, Political, And Literary” yang berkata begini:

ESSAY VI. OF THE INDEPENDENCY OF PARLIAMENT
Political writers have established it as a maxim, that, in contriving any system of government, and fixing the several checks and controuls of the constitution, every man ought to be supposed a knave, and to have no other end, in all his actions, than private interest. By this interest we must govern him, and, by means of it, make him, notwithstanding his insatiable avarice and ambition, co-operate to public good. Without this, say they, we shall in vain boast of the advantages of any constitution, and shall find, in the end, that we have no security for our liberties or possessions, except the good-will of our rulers; that is, we shall have no security at all.
It is, therefore, a just political maxim, that every man must be supposed a knave: Though at the same time, it appears somewhat strange, that a maxim should be true in politics, which is false in fact. But to satisfy us on this head, we may consider, that men are generally more honest in their private than in their public capacity, and will go greater lengths to serve a party, than when their own private interest is alone concerned. Honour is a great check upon mankind: But where a considerable body of men act together, this check is, in a great measure, removed; since a man is sure to be approved of by his own party, for what promotes the common interest; and he soon learns to despise the clamours of adversaries. To which we may add, that every court or senate is determined by the greater number of voices; so that, if self-interest influences only the majority, (as it will always do) the whole senate follows the allurements of this separate interest, and acts as if it contained not one member, who had any regard to public interest and liberty.

When there offers, therefore, to our censure and examination, any plan of government, real or imaginary, where the power is distributed among several courts, and several orders of men, we should always consider the separate interest of each court, and each order; and, if we find that, by the skilful division of power, this interest must necessarily, in its operation, concur with public, we may pronounce that government to be wise and happy. If, on the contrary, separate interest be not checked, and be not directed to the public, we ought to look for nothing but faction, disorder, and tyranny from such a government. In this opinion I am justified by experience, as well as by the authority of all philosophers and politicians, both ancient and modern.

perhatikanlah secara khusus pada: “every man ought to be supposed a knave, and to have no other end, in all his actions, than private interest” atau “setiap orang haruslah disangkakan sebagai seorang yang licik penuh tipu muslihat, dan tidak memiliki tujuan apapun juga, dalam semua tindakan-tindakannya, selain kepentingan pribadi,” maka pada dasarnya menunjukan bahwa manusia itu hanya baik bagi dirinya sendiri saja. Atau merujuk pada David Hume sendiri, tidak boleh atau berbahaya menilai manusia itu begitu luhur dan mulianya: “manakala memikirkan politik kita seharusnya atau sepatutnya mengasumsikan bahwa setiap orang dan setiap institusi mengejar kepentingan mereka sendiri, kerap dengan menggunakan sarana-sarana publik [Hobbes And The Wolfman, Diego Hernan Rossello - Northwestern University]”

Terkait pandangannya ini, David Hume menyatakan: “In this opinion I am justified by experience, as well as by the authority of all philosophers and politicians, both ancient and modern.” [dalam opini ini saya dibenarkan oleh pengalaman, sebagaimana juga oleh otoritas para filsuf dan politisi, baik dunia purba dan modern]

0 “Banyak Kejahatan Yang Dinilai Dunia Bukan Dosa & Banyak Dosa Yang Dinilai Dunia Bukan Kejahatan”



Oleh: Martin Simamora

“Banyak Kejahatan Yang Dinilai Dunia Bukan Dosa & Banyak Dosa Yang Dinilai Dunia Bukan Kejahatan

Di “hariku” ini, saya ingin menuliskan sesuatu yang amat personal namun tidak eksklusif, ini adalah refleksi yang begerak ke luar dari pengalaman-pengalaman pribadiku, yang sayangnya tidak bisa saya utarakan di sini. Namun, apa yang menjadi poin besarnya adalah: semua manusia bahkan orang-orang Kristen sekalipun bisa terjebak di dalam situasi yang digambarkan sebagaimana judul di atas. Saya akan sajikan sebuah situasi yang dihadapi seorang politisi dan birokrat Kerajaan Persia, yang  beriman dan setia kepada Tuhan, di dalam Alkitab, untuk membantu para pembacaku apakah sesungguhnya yang sedang saya bicarakan kali ini. Tentu saya harus berkata bahwa Daniel adalah salah satu subyek paling menarik  bagi saya sejak kala saya mengecap sekolah politik di Universitas Parahyangan, Bandung. Ini adalah sosok seorang politisi yang tak menyayangkan nyawanya, masa depan, atau apapun juga. Daniel, jika dia hidup saat ini, saya pastikan akan digunjingkan oleh publik sebagai seorang politisi yang terlampau idealis. Hal yang amat  janggal untuk dikatakan sekedar idealis sebetulnya sebab bagaimanapun tak ada kebenaran didalam mencuri kecil-kecilan uang atau kekayaan kerajaan. Mari segera kita  melihat Daniel:

0 Janganlah Gentar Terhadap Mereka !



Oleh: Martin Simamora

Janganlah Gentar Terhadap Mereka !




Kita telah melihat Yesaya yang dibangkitkan oleh Allah untuk berdiri tegak menyatakan kebenaran dan penghakiman terhadap pemerintahan dan bangsanya sendiri, karena keadilan dan penegakan hukum lenyap, bahkan para pemimpinya suka menerima suap dan mengejar sogok, pun para hakim yang berpihak kepada keadilan telah disingkirkan. Tuhan memang meminta kita untuk tunduk dan mematuhi pemerintahan yang memimpin kita, anda dapat menemukannnya di dalam Titus 3:1-2, 1 Petrus 2: 13-15 dan Roma 13:1-7, namun demikian, ketika pemerintahan sebuah bangsa atau negara tidak lagi berjalan sesuai dengan kehendak-Nya maka Tuhanlah yang menjadi hakimnya. Dia bahkan dapat membangkitkan sebuah perlawanan yang  teramat keras terhadap pemerintahan yang korup atau jahat. Kita kembali akan melihat bagaimana Tuhan membangkitkan seorang lawan di tengah-tengah bangsa yang sama sekali  sudah terbiasa dengan kejahatan:

Yeremia 1:2,17-18
Inilah perkataan-perkataan Yeremia bin Hilkia, dari keturunan imam yang ada di Anatot di tanah Benyamin. Dalam zaman Yosia bin Amon, raja Yehuda, dalam tahun yang ketiga belas dari pemerintahannya datanglah firman TUHAN kepada Yeremia....(17)Tetapi engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka! (18) Mengenai Aku, sesungguhnya pada hari ini Aku membuat engkau menjadi kota yang berkubu, menjadi tiang besi dan menjadi tembok tembaga melawan seluruh negeri ini, menentang raja-raja Yehuda dan pemuka-pemukanya, menentang para imamnya dan rakyat negeri ini.


Untuk sebuah alasan yang sangat kuat (bacalah Yeremia  2:1-35), Tuhan memilih seseorang pada sebuah masa untuk melawan segala kejahatan dan kekejian yang telah tumbuh bagaikan sebuah imperium teramat kokoh, mustahil  untuk dilawan. Melawannya sebagai sebuah misi manusiawi adalah mustahil, sampai Tuhan bangkit dengan kuasanya di tengah-tengah kegelapan pekat sebuah bangsa dan negara. Ini, teks Yeremia 1:2,17-18 akan menjadi kacamata pandang  atas situasi bangsa dan negara kita kini.

0 Ketika Para Pemimpin Negerimu Bersekongkol Dengan Pencuri



Oleh: Martin Simamora

Ketika Para Pemimpin  Negerimu Bersekongkol Dengan Pencuri


Para pemimpinmu adalah pemberontak dan bersekongkol dengan pencuri. Semuanya suka menerima suap dan mengejar sogok. Mereka tidak membela hak anak-anak yatim, dan perkara janda-janda tidak sampai kepada mereka.- Yesaya 1:23


Tentu tidak ada yang mendambakan bahwa pemerintahan baru yang  merupakan hasil pesta demokrasi yang telah kita jalani secara baik segera mengalami rangkaian hambatan-hambatan yang mempengaruhi performa kerja pemerintahan nasional pilihan dan dambaan rakyat, untuk membawa perubahan atau revolusi mental yang akan menghasilkan pembangunan manusia dan ekonomi  yang bermartabat. Apa yang saya maksud di sini tentu kekisruhan di sektor penegakan hukum dan perang melawan korupsi, mulai dari KPK versus Polri hingga Gubernur DKI Jakarta versus DPRD DKI Jakarta. Pada kedua medan masalah, baik yang nasional dan lokal (sebetulnya tidak sepenuhnya lokal sebab Jakarta adalah Ibu kota Republik Indonesia), kita semua belum dapat mengetahui kebenaran sejatinya. Semua masih berproses. Apa yang pasti diketahui adalah: ada masalah teramat serius terkait penegakan hukum dan perang melawan korupsi. Saya tak akan berbicara hal-hal ini, namun pasti saya akan membicarakan realita yang sedang bergejolak ditengah-tengah negeri kita ini melalui “kacamata” serangkai ayat-ayat di dalam Alkitab yang mengisahkan peristiwa-peristiwa yang sama, sebuah keadaan hukum yang rapuh dan korupsi yang membelit baik kota dan negara.


Yesaya 1:23 adalah keadaan yang melanda sebuah kota  yang sangat penting di Timur Tengah: Yerusalem purba. Namun situasi pemerintahannya dapat menjadi teropong yang selaras untuk memandang kota dan bahkan negara kita saat ini.
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9