F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.B)

Oleh: Martin Simamora

“Kompleksitas Etimologi Dosa Tidak Hendak Menunjukan Keberagaman Jalan Keselamatan, Sebab Hanya Ada Satu Yang Dapat Menarik Keluar Manusia Dari Kuasa  Dosa (6.B)”


Apakah kesuksesan bangsa Israel untuk mentaati hukum Taurat akan menentukan kesuksesan Allah dalam menghadirkan Mesias melalui bangsa ini? Inilah yang menjadi fokus tinjauan kali ini. Pemikiran sedemikian telah menjiwai pengajaran pendeta Dr. Erastus Sabdono, sebagaimana yang dinyatakannya  dalam buku “Keselamatan Di Luar Kristen”:

▓“Bila bangsa Israel tidak hidup sesuai dengan hukum torat, maka sebagai akibatnya rencana Allah atas bangsa itu bisa gagal. Rencana Allah atas Israel adalah mewarisi pengenalan akan Allah dan melahirkan Messias di tengah-tengah bangsa itu. Dalam hal ini kita temukan dalam hidup bangsa Israel terdapat rencana dan pengaturan Allah.Rencana dan pengaturan tersebut dikenakan mutlak atau diberlakukan bagi “umat pilihan Allah.” Berkenaan dengan ini Paulus memakai kata parabasis, bahwa dosa adalah gerakan membelok dari jalan yang lurus. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan transgression.”

Ini merupakan bagian dari pelajaran 6 pada situs Rhema Church Australia, namun tidak turut tersaji, sehingga di sini disajikan dari buku karya pendeta Erastus dengan judul yang sama, dan anda dapat membaca di sini:



Apa yang harus dijawab dalam fokus tinjauan kali ini, adalah: benarkah rencana Allah dapat gagal karena kegagalan Israel untuk hidup dalam atau untuk menaati hukumTaurat, atau dengan kata lain, benarkah Allah begitu bergantung pada perilaku manusia yang kebenarannya berdasarkan pada ketaatan terhadap  hukum Taurat, untuk mewujudkan rencana keselamatan-Nya bagi manusia di dunia ini?



Keberhasilan Rencana Allah  Bukan Ditentukan Oleh Bagaimana Kehidupan Israel Dalam Hukum Taurat, Tetapi Ditentukan Oleh Kehendak-Nya Sendiri Berdasarkan Janji

Dalam perjanjian lama pemberian hukum Taurat kepada bangsa Israel tidak pernah bermaksud untuk menjadi penentu keberhasilan rencana Allah untuk menghadirkan Mesias di dunia ini melalui bangsa tersebut. Tidak pernah bangsa ini memiliki kaitan atau hubungan sebab dan akibat pada diri Allah, yaitu jikalau Israel tidak hidup sesuai hukum Taurat maka rencana Allah di dunia ini melaluinya akan dapat gagal dan demikian juga sebaliknya. Mengapa demikian? Karena janji kedatangan Mesias melalui bangsa ini bahkan diberikan kepada manusia sebelum hukum Taurat itu sendiri ada, dan apalagi bangsa ini belum lagi ada.


Perhatikan teks-teks perjanjian lama berikut ini yang menunjukan rencana Allah untuk mendatangkan keselamatan melalui Mesias-Nya tidak berhubungan dengan ketentuan hukum Taurat dan apakah Israel memiliki kehidupan yang sesuai atau tidak sesuai dengan hukum Taurat:

►Kejadian 22:1-18 “…. (15) Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham,(16) kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri--demikianlah firman TUHAN--:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku,(17) maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya.(18) Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku."

Kejadian 49:10  Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.


►Ulangan 18:15-19 Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. Tepat seperti yang kamu minta dahulu kepada TUHAN, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari perkumpulan, dengan berkata: Tidak mau aku mendengar lagi suara TUHAN, Allahku, dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi, supaya jangan aku mati. Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik; seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.


►2Samuel 7:12-17 Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya." Tepat seperti perkataan ini dan tepat seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada Daud.


Baik janji keselamatan bagi manusia yang akan dibawa oleh seorang Mesias sebagaimana yang telah diterima Abraham, dan Allah berulang kali menyatakannya,kemudian, pada sebuah bangsa bernama Israel: Ulangan 18:15-19,  lalu juga dinyatakan kembali oleh Allah melalui  nabi Samuel, pada dasarnya telah menunjukan bahwa “keturunanmu dan sekaligus seorang nabi seperti Musa,” tergenapi pada Yesus Sang Mesias. Hal ini telah dinyatakan dalam khotbah rasul Petrus di Serambi Salomo, pada peristiwa Pentakosta:

Kisah Para Rasul 3:18-26 Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita. Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu. Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu. Dan akan terjadi, bahwa semua orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi dari umat kita. Dan semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari Samuel, dan sesudah dia, telah bernubuat tentang zaman ini. Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati. Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu."


Rasul Paulus memberikan sebuah  penjelasan yang begitu tajam terkait siapakah yang dimaksudkan dengan “keturunanmu” pada diri Abraham (Kejadian 22:15-18):

▬Galatia 3:8 Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati."

▬Galatia 3:16 Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus.


Rasul Paulus menjelaskan bahwa kabar baik yang diberikan Allah kepada Abraham, pada dasarnya merupakan janji akan datangnya Sang Mesias atau Sang Kristus melalui keturunannya, dan hanya akan ada satu orang keturunannya yang merupakan Mesias itu dan nabi yang akan datang seperti Musa.



Rasul Paulus juga menjelaskan bahwa janji ini tidak pernah berelasi dengan  bagaimana Israel dapat hidup selaras terhadap kerja hukum Taurat itu.  Perhatikan penjelasan Paulus:

▬Galatia 3:17-18 Maksudku ialah: Janji yang sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat, yang baru terbit empat ratus tiga puluh tahun kemudian, sehingga janji itu hilang kekuatannya. Sebab, jikalau apa yang ditentukan Allah berasal dari hukum Taurat, ia tidak berasal dari janji; tetapi justru oleh janjilah Allah telah menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada Abraham.


Jadi penggenapannya dapat terjadi, bukan sama sekali ditentukan oleh bagaimana bangsa Israel hidup di dalam hukum Taurat.


Inilah yang dimaksud dengan tindakan sepihak dari Allah, tak bersyarat sama sekali kedatangan Sang Mesias itu. Ketentuan-ketentuan hidup bagi Israel berdasarkan hukum Taurat itu sendiri tak pernah diperhitungkan sedikitpun menjadi faktor  kegagalan atau keberhasilan bagi Allah untuk mewujudkan rencana-Nya tersebut. 

Bahkan kala bangsa itu  gagal untuk hidup sesuai dengan hukum taurat: “tidak dapat membatalkan dan tidak menghilangkan kekuatannya karena kerja hukum Taurat itu atas kehidupan bangsa Israel.” Mengapa hal ini dapat terjadi? Karena kedatangan Mesias tidak ditentukan atau tidak dibuat berdasarkan hukum tetapi janji yang telah diterima Abraham. Janji Allah itu telah bekerja bahkan 438 tahun sebelum hukum Taurat itu sendiri terbit. 


Bahkan rasul Paulus menjelaskan, bahwa sejak semula: ketidaktaatan bangsa Israel terhadap hukum Taurat dan janji kedatangan Mesias memiliki relasi positif bagi kehidupan orang-orang Israel  jika mereka menerima Yesus sebagai Mesias. Perhatikan penjelasan rasul Paulus terkait hal ini:

▬Galatia 3:13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"



jadi bukan relasi negatif, yaitu: karena tidak taat pada hukum Taurat, maka rencana Allah mendatangkan Mesias bagi manusia, menjadi gagal dan dengan demikian tetap tinggal dalam kutuk dosa:

Galatia 3:17 Maksudku ialah: Janji yang sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat, yang baru terbit empat ratus tiga puluh tahun kemudian, sehingga janji itu hilang kekuatannya.


Tidak ada pemudaran pada kekuatan janji itu  sebagai akibat kerja hukum Taurat terhadap ketaktaatan atau ketaatan bangsa itu terhadap hukum Taurat.


Jika pendeta Dr. Erastus berpikir dalam sangkaan:” Bila bangsa Israel tidak hidup sesuai dengan hukum torat, maka sebagai akibatnya rencana Allah atas bangsa itu bisa gagal. Rencana Allah atas Israel adalah mewarisi pengenalan akan Allah dan melahirkan Messias di tengah-tengah bangsa itu.” Atau  secara ringkas:  keberhasilan rencana Allah bergantung pada ketaatan Israel terhadap hukum Taurat atau Allah begitu  bergantung pada ketaatan Israel hingga  pada waktunya. Sehingga Allah tak memiliki kedaulatan dan kebebasan dalam menentukan maksud-Nya, maka rasul Paulus telah menunjukan  bahwa sangkaan dalam pikiran pendeta Erastus dan kemudian diajarkannya kepada jemaat, merupakan kesalahan yang begitu fatal dan menyesatkan cara pandang jemaat terhadap bagaimana keselamatan dari Allah itu berlangsung

Sebab Paulus menunjukan tujuan atau maksud Allah memberikan hukum Taurat itu pada realitas  yang sungguh berbeda:


Galatia 3:19-20 Kalau demikian, apakah maksudnya hukum Taurat? Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran--sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu--dan ia disampaikan dengan perantaraan malaikat-malaikat ke dalam tangan seorang pengantara.




Tentu pertanyaannya, kemudian, apakah dengan demikian antara janji Allah dan hukum Taurat saling bertentangan satusama lain atau berkonflik? Tidak sama sekali, sebagaimana telah dinyatakan oleh Paulus:

Galatia 3:21 Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat.

Mengapa tidak bertentangan? Karena “Janji itu” memberikan hidup, sementara itu, hukum Taurat tidak dapat memberikan hidup dalam berjuang mentaatinya sebagaimana ketentuan kudusnya. Jadi apa yang hendak ditunjukan oleh rasul Paulus kala menyatakan:“Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran--sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu,” tak lain tak bukan: hukum Taurat yang menyingkapkan realitas manusia berada dalam maut akibat ketaktaatannya, itu juga, sekaligus telah menunjuk pada satu-satunya  jalan  untuk mendapatkan hidup, hanya terdapat pada Sang Mesias atau Sang Kristus itu.


Mari perhatikan penjelasan berikut ini:

Galatia 3:13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"


Hukum Taurat menegaskan, bahwa kematian manusia dalam belenggu maut diakibatkan oleh ketaktaatan terhadap hukum-hukum-Nya, dan itu menunjukan satu hal: ketakberdayaan total pada diri manusia untuk memperjuangkan kehidupan yang berkualitas tinggi atau selaras dengan hukum Taurat yang memancarkan kekudusan  Tuhan yang begitu mulia .



Sang Mesias sendiri, ketika Ia telah datang ke dalam dunia ini, menunjukan bahwa Ia adalah penggenapan apa yang sedang ditunjukan oleh hukum Taurat:

►Yohanes 5:39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.


Kebenaran yang dinyatakan oleh Sang Mesias ini, telah menjadi pondasi kokoh bagi rasul Paulus untuk membangun pengajaran semacam tadi, sebagaimana telah saya tunjukan. Yesus telah menyatakan bahwa Kitab-Kitab Suci itu memberikan kesaksian tentang diri-Nya! Jauh lebih spesifik lagi, begini Yesus menegaskan kebenaran ini: “Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku- Yoh 5:46.


Tanpa sedikit saja keraguan, maka dapat dinyatakan berdasarkan kebenaran yang telah dinyatakan oleh Yesus Sang Kristus, bahwa: keberhasilan rencana Allah tak bergantung pada perilaku-perilaku manusia Israel, apakah memiliki kehidupan yang sesuai atau selaras dengan hukum Taurat atau hidup dalam ketidaktaatan. Tidak seperti itu fungsi dan tujuan hukum Taurat terhadap Allah. Sebaliknya, tujuannya tak lain tak bukan untuk menunjukan ketakberdayaan manusia dalam memiliki hidup yang selaras ketentuan Taurat berdasarkan pelangaran-pelanggaran yang dilakukan. Itu semua, justru menunjukan bahwa manusia-manusia mutlak membutuhkan Mesias!


Inilah yang disebut dengan kebenaran dan pembenaran berdasarkan iman kepada Yesus Kristus yang mendatangkan hidup, bukan  karena perbuatanmu! Inilah kehidupan berdasarkan iman. Perhatikan ini:

▬Galatia 3:7 Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham.


Perhatikan, di sini, kebenaran semacam ini dapat diterima manusia-manusia,bukan berdasarkan kebiologisan atau lahiriah atau kebangsaan tertentu. Ada 2 dasar mengapa demikian: (1) Abraham menerima berita baik akan datangnya Sang Mesias berdasarkan janji - Abraham percaya, dan (2) istilah  anak-anak Abraham, pada “Abraham” itu sendiri,  tak sama sekali mengidentifikasikan pada sebuah kebangsaan tertentu, tetapi pada seorang pribadi bernama Abraham. Hukum Taurat sendiri tak pernah menjadi bagian kebenaran Abraham saat janji itu diberikan kepadanya.  Inilah yang membuat janji: “Olehmu segala bangsa akan diberkati,” dapat digenapi oleh Yesus Kristusi yang kedatangannya berdasarkan pemberian janji kepada seorang pribadi bernama Abraham bukan sama sekali berdasarkan pemenuhan hukum Taurat pada bangsa yang bernama Israel:

▬Galatia 3:8 Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati."


Itu sebabnya, tak peduli apapun kebangsaan atau kesukuan seorang pengikut Kristus itu, ketika ia menjadi beriman kepada Yesus, Kristusnya dan Tuhannya, orang-orang demikian akan disebut anak-anak Abraham, bukan anak-anak bangsa Israel:

▬Galatia 3:9 Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu.



Rasul Paulus juga menunjukan sebuah kebenaran, mengapa hukum Taurat tidak dapat memberikan hidup, sementara janji memberikan hidup:

▬Galatia 3:10 Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat."


Pada dasarnya, orang-orang Yahudi [dan juga semua manusia] adalah yang terkutuk,  yang diakibatkan pelanggaran-pelanggarannya terhadap hukum Taurat. Ketaatan pada hukum Taurat bukan atau tak pernah dalam kadar ketaatan pada sebagiannya atau hampir sempurna atau nyaris kudus pada keseluruhannya, tetapi harus kudus sempurna. Harus dikatakan demikian sebab Paulus menyatakan betapa mautnya sebuah ketaksempurnaan yang bagaimanapun juga: jika tidak dapat setia pada segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat maka terkutuklah dia. ‘


Semenjak Yesus telah menyatakan sekalipun menyelidiki Kitab Suci, karena menyangka dapat memperoleh hidup, namun tidak datang kepada-Nya, maka jelas tak pernah ada  ketentuan-ketentuan bagaimanapun yang dapat dilakukan oleh manusia untuk menghapus kutuk itu, sehingga ia dapat memulainya kembali dalam status bebas dari kutuk dalam sebuah pola berepetisi atau berulang, dengan semangat juang yang bagaimanapun juga, selain Yesus Kristus yang dapat memberikan hidup bagi diri seorang beriman dengan jalan menebusnya dari kutuk itu melalui kematian-Nya:

▬Galatia 3:13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"

Kita” di sini termasuk yang berasal dari berbagai bangsa di dunia ini. 


Tak pernah ada kebenaran-kebenaran lain, bahkan bagi bangsa-bangsa lain,karena maut atau berada dalam kuasa maut adalah  realitas semua orang  di dunia ini. Realitas yang disebabkan pelanggaran-pelanggaran manusia terhadap kehendak Allah, dan hanya Sang Mesias yang dapat melenyapkan maut dan menggantikannya dengan berkat Allah:

▬Galatia 3:14 Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.

Yesuslah yang menyebabkan kebenaran ini menjadi kebenaran tunggal dan absolut bagi semua bangsa: menerimanya memiliki hidup, menolaknya akan memastikan kebinasaan yang  memerintah dunia  ini adalah bagiannya dalam kekekalan [bandingkan dengan: Yohanes 3:16-18].


Kebenarannya, dengan demikian, sejak semula Allah tak memaksudkan kebenaran ini sebagai sebuah kebenaran yang bersifat lokal atau kesukuan atau yang terfragmentasi, tetapi mengglobal seperti  nyata pada janjinya kepada Abraham: “Olehmu segala bangsa akan diberkati.”


Dalam hal ini tak ada satu formula yang berbunyi: manusialah yang menentukan takdirnya dan manusialah yang memperjuangkan keselamatannya sebab takdirmu ditentukan oleh bagaimana kini anda dan saya hidup. Yesus telah menyatakan bahwa takdir keselamatan manusia untuk lepas dari kutuk maut ada pada diri-Nya!



Bersambung ke bagian 6C


AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN


The cross transforms present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform the cross


[dari seorang teolog yang saya lupa namanya]





No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9